Setiap kali hendak menulis namanya sendiri, tangannlya selalu keseleo dan menulis kata “babi”. Ia jadi dongkol sekali. Ia ltelah mengunjungi seorang ahi ilmu jiwa, tetapi tidak mendapatkan hasil yang ia inginkan. Ia juga sudah datang ke depan seorang ulama, tetapi ia hanya diasihati seupaya beristirahat. Padahal, ia yakin benar bahwa mungkin sekali ia sedang berubah untuk menjadi gila.
Akhirnya ia datang ke dokter bedah.
aq sanat tertarik hingga qw buat mencadi pertunjukan sebuah teater nonrealis dengan jdul paska bab 1 yg qw adaptasi dari cerpen ini
BalasHapusWadauw
BalasHapusP Anjayyy
BalasHapusOit
Hapuswah! apakah ini sebuah cerpen indonesia yang terkenal? Dan kalau begitu, kenapa? trims!
BalasHapusPosting Komentar